Kejadian ini terjadi pada tahun
2015 ketika saya masih duduk dibangku sekolah SMA. Saya sengaja membuat artikel
ini untuk kenang-kenangan saya, karena saya begitu sangat bersyukur kepada
Allah SWT dan karena Allah masih mengijinkan saya untuk hidup didunia ini. Dan
apa yang saya ceritakan ini memang benar adanya tanpa direkayasa atau
dibuat-buat untuk sensasi belaka, tetapi sebagai pelajaran agar apabila ada
seseorang dari Cirebon atau dari luar Cirebon hendak melewati tikungan Plangon
lebih berhati-hati dan hendaknya sebelum bepergian sebaiknya membaca doa
terlebih dahulu. Oke langsung saja…
Perkenalkan nama saya Dicky Anwar
dari desa Pesanggrahan kec. Plumbon Kab. Cirebon. Hari itu adalah hari minggu
tapi entah kenapa saya coba mengingat tanggal dan bulannya saya lupa, tapi saya
masih ingat bahwa kejadian ini tahun 2015.
Awal cerita sekitar pukul 07.30
WIB, teman saya yang bernama Rois Iskandar datang ke rumah saya membawa sepeda.
Ku pikir dia akan mengajak ku pergi ke warnet, tapi lain lagi dia malah ingin
mengajakku pergi ke Taman Sumber menemui pacarnya si (M). kemudian tanpa berpikir terlalu lama
kami berangkat menuju Taman Sumber. Perjalanan ke Taman Sumber kurang dari 1
jam karena memang cukup jauh, dan kami kesana hanya menaiki sepeda
masing-masing. Singkat cerita sampai juga akhirnya saya dan teman saya ke Taman
Sumber, tapi setelah tiba disana ternyata si (M) pacar Rois tak kunjung datang.
Saya coba sarankan untuk SMS atau di Call. Tapi Handphone si (M) di SMS tak
dibalas ditelpon malah tak diangkat. Karena rasa kasihan saya pada teman saya
Rois akhirnya aku rela menunggu sekitaran 1 jam di pinggir jalan Taman Sumber
sambil makan diwarung. Ku lihat kekecewaan di wajah temanku itu. Saya coba
bertanya “Is kamu luh ngajak (M) ke taman sumber ini udah janjian belum?” kata
saya. “iya sudah, pas malam aku sms-an malahan sama dia. Truus aku minta
ketemuan di taman sumber, kata (M) bilangnya iya” jawab Rois.
Beberapa lama kemudian rasa jenuh
meliputiku, ku bujuk saja temanku itu untuk pulang. Ternyata dia mengiyakannya.
Tapi sebenarnya saya tahu kalau temanku itu sedang sedih+kecewa berat. Iyaalah…
siapa yang enggak kecewa coba si doy ngajak ketemu eh malah, di bohongiin.
Kasihan juga,,,hehehe :D
Akhirnya kami pulang, yeeeeyy ini
dia akhirnya yang aku pengen. Selama diperjalanan pulang dia tampaknya masih
sangat sedih+kecewa. “Dick, bagaimana kalau kita jalan-jalan kemana atau
kemanalah yang penting kita senang-senang” kata Rois. “iya ayo aja, tapi kemana
is?” jawabku. “bagaimana kalau kita ke gedung perundingan Linggarjati?” ujar
Rois. “Asli enggak, kamu tuh kan ini
udah siang. Tapi kalau beneran mau iya enggak apa-apa. Kita kan anak pesilat
coyy dari Sumber ke Linggarjati Cuma modal sepeda juga ga’ papa” kataku. “iya
beneran” kata Rois. Kemudian, kami pergi ke warung dulu untuk beli Aqua untuk
bekal jika kami kehausan diperjalanan.
Ketika, kami sudah sampai di Bumi
Pancasila kami mencoba istirahat sejenak sambil minum Aqua yang sudah kami beli
diwarung. Dan saat temanku membuka Handphone ternyata si (M) berkali-kali
Nelpon dan SMS, sempat juga SMS yang masuk ku baca “Rois maafin aku, tadi aku nganter Ortu pergi. Sekarang saya sudah ada
di Taman Sumber, kamu ada dimana. Maafin aku yang udah bwt kamu kecewa” itulah
sepenggal SMS si (M) yang aku tahu dari Inboxnya Rois. Tapi kami sudah begitu
kecewa dan mau bagaimanapun tetap akan melanjutkan ke gedung perundingan
Linggarjati Kuningan.
Sampai juga akhirnya kami disana pukul
16.14 WIB ternyata memakan waktu berjam-jam untuk sampai di gedung perundingan
Linggarjati Kuningan. Disana kami berfoto-foto dan menjelajah seisi kamar yang
ada didalam gedung perundingan.
Akhirnya kami pulang, dan saat tiba
di pertigaan pasar Mandirancan waktu sudah sangat Sore sekitar pukul 17.03 WIB.
Aku berhenti dan berfikir, jika aku pulang lewat Sindang Jawa pasti Malam hari
kami tiba di Rumah dan kalau kami lewat Plangon pasti lebih singkat. “Is kita
lewat mana is, waktu udh sore. Kamu mau yang dket atau yg jauh. Klw jauh lewat
Sindang Jawa tp klw dkt lewat Plangon”. Kataku. “iyh sdh klw bgtu lewat Plangon
sajalah yg dket”. Ujar Rois. “tp penuh
risiko is kata org tikungan Plangon itu sering trjd kecelakaan” kataku. “tdk
apa2 yg pnting hati2 dan kita jgn lupa untuk berdoa” kata Rois.
Keputusan kami akhirnya lewat
Plangon, tak lupa juga sebelum pergi kami baca doa. Diperjalanan kami sangat
senang karena serasa menaiki motor. Iya sepeda kami tanpa dikayuh kaki dari
atas ketinggian meluncur dengan sangat cepat.
Tapi perasaan senang berubah ketika
hatiku jadi deg-degan. Ada apa ini pikirku, hemmmmm tak apalah mungkin ini hal
biasa ku pikir begitu. Sampailah kami didesa Sidawangi, hal aneh terjadi pada
kami berdua. Ternyata sepeda kami Remnya mendadak blong. Padahal sebelumnya tak
ada apa-apa dengan sepeda kami. “ada apa ini ternyata benar sepedaku remnya
Blong” ucapku. Akhirnya aku terjungkal dijalan hampir saja aku menabrak pohon
dan pembatas jalan tapi berkat kelihaianku aku meloncat Frog style (Gaya kodok)
lompat ke belakang. Tapi sungguh malang tangan kananku terkena gesekan aspal
jalanan dan sepedaku rusak parah. Tapi tak apalah yang penting aku tak masuk
jurang. Seketika aku tergeletak
dipinggir jalan. Tapi anehnya semenjak aku tergeletak, sepertinya tak ada yang melihatku
banyak pengendara yang lewat tapi mereka menghiraukanku dan seolah tak
melihatku. Ada yang aneh, aku ditemui orang tua yang tak ku kenal dan mengajak
aku berbicara “Cung iku bature ira dudu, ika tiba ning tikungan” kata orang tua
itu. Orang itu tak menolongku hanya berkata saja lalu pergi. Aku yang sedang
terkulai lemas mencoba bangkit dan melihat ternyata itu memang Rois, nampaknya
dia juga sama denganku tapi kepala Rois Menabrak pembatas jalan hingga
terjungkal sampai terlihat benjolan sebesar setengah dari Bola kasti
dikeningnya. Aneh ternyata, kepala diadu dengan pembatas jalan otomatis
berdarah atau pecah tapi ini tidak. Ia juga bercerita padaku bahwa giginya
adanya patah akibat benturan amat keras di tikungan pembatas Jalan Plangon itu.
Setelah ku tanya ternyata benar
juga sepeda Rois remnya tiba-tiba blong ini semua diluar nalar kami. Mendadak
tikungan menjadi ramai, kami ditolong oleh orang-orang yang lewat dan dalam
hitungan menit, polisi datang membantu kami. Dan kami diberi obat betadine di
Polsek Sumber. Setelah kejadian ini kami tak lagi berani melewati tikungan
Plangon itu. SEKIAN…
Semoga cerita ini menjadi pelajaran
bagi kita semua, agar lebih berhati-hati ketika berkendara dan yang lebih utama
adalah sebelum bepergian hendaknya berdoa. Dan yakinlah bahwa kematian itu
sudah menjadi takdir. Kita bisa mati sekarang, besok, atau kapanpun dan pastinya
kematian itu pasti datang…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar