Rabu, 30 Agustus 2017

Cerpen KABUT SENJA


Cerpen berjudul “Kabut Senja” karya Dicky Anwar ini menggambarkan bagaimana suasana hati seseorang yang sedang diliputi rasa kebahagian yang tengah dirasakan oleh anak muda ketika liburan kuliah. Senang deh kalau kamu bisa membaca ceritanya hingga selesai.
Dalam cerpen ini diceritakan ada remaja yang sedang asyik berlibur ke suatu tempat yang begitu menyenangkan. Dan mereka tidak menyianyiakan  waktu liburan serta pengalaman masa remaja mereka. Nah, makin penasaran bukan. Pokoknya ceritanya menarik, makanya aku sengaja membagikan cerita itu untuk teman-temen semuanya. Okee selamat membaca ;)

KABUT SENJA
Karya : Dicky anwar

Malam ini rasa sakit itu masih saja terasa dalam hatiku yang paling dalam. Jika aku masih mengingat-ingat pesan singkat yang seseorang kirimkan ke Inbox Facebookku. Dia lebih memilih untuk pergi meninggalkan aku tanpa penjelasan. Karena itu terkadang aku masih bingung dan masih bertanya-tanya kenapa dia bisa sampai seperti itu. Mungkin aku belum bisa melupakan dia sepenuhnya. Langit tampak tak berbintang aku merasakan semilir angin datang berhembus pelan menyentuh kulitku, merasuk tubuhku. Sejenak aku memandang langit mungkin akan turun hujan malam ini. Ketika itu, suara dering HP menyadarkan lamunanku. “trriiiiinnggg” dering Handphone. Ternyata ada WhatsApp dari temenku yang berisi ajakan untuk berlibur. Aku hiraukan ajakannya, tanpa membalas Chatt dari dia. Berkali-kali dia Chatt saya, namun tetap saja aku hiraukan. Sampai-sampai aku memutuskan untuk memilih mematikan Handphoneku lalu beranjak untuk menarik selimut dan menutup bola mataku.

 

“kukuruyuukk-kukuruyuukk” suara kokok ayam jantan menyadarkan aku dari alam mimpi dengan suara berisiknya. Sepertinya ini sudah pagi, ku lihat ke jendela matahari sudah datang menyambut hariku ini yang penuh dengan kesedihan. Ku ambil Hapeku kemudian menghidupkannya.

“ah ternyata ada pesan, oh Andi” gumam dalam hatiku.

 

Ini pesan dari Andi yang dikirim sejak tadi malam waktu aku tidur,  tapi kenapa dia mengirim pesan WA sampai berkali-kali. Apa mungkin dia sekarang sudah ada di Cirebon, lantas mau apa dia datang kesini.

 

“Kabut, ayo aku sudah menunggumu di  Universitas Muhammadiyah Cirebon. Aku mau mengajakmu liburan bareng. Kamu mau ngikut gak?” pesan suara WhatsApp dari Andi.

 

Tanpa pikir panjang aku bergegas mandi dan ganti baju serta memaksakan sepeda motorku untuk pergi ke kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon. Andi merupakan temanku dari Surabaya, dia masih duduk dibangku kuliah dari Fakultas Teknik Semester 4 di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Kebiasaan dia memanggil aku dengan sebutan Kabut, padahal nama lengkapku adalah Hesda Pranoto. Mungkin karena aku suka merokok rokok kretek disaat udara dingin lalu jika keluar asap hampir mirip kabut. Sebab itulah dia selalu memanggilku Kabut.  Tapi aku tak mempermasalahkannya yang terpenting adalah dia tetap menjadi teman baikku hingga saat ini. Karena menurutku teman adalah seseorang yang bisa membuatku tersenyum disaat sedih dan bukan dia yang pergi menghilang disaat kamu susah.

 

‘’hay bro sudah lama disini. Maaf yah membuatmu menunggu” kataku.

“aduuh santai aja sih bro, lagipula ini kan libur kuliah. Oh iya tadi malam saya WA kamu padahal sudah di Read lalu kenapa nggak dibalas” ujar Andi (sambil memandangi saya).

“anu bro aku ketiduran, hhmmmmm ma… ma… maaaff yah” jawabku (sambil menundukkan kepala

“alah Kabut bohong banget kamu yah. Sepertinya kamu ada masalah, apa kamu belum makan. Atau mau rokok nih biar enak seloww” kata Andi.

“iya bener, lah kamu kok tahu. Emang siapa yang memberitahumu?” ujarku.

“iya saya tahu dari mukamu yang tidak seperti biasanya, biasanya anak muda kalau mukanya muram iya ada masalah. Apa jangan-jangan karena wanita?” kata andi.

 

Sejenak aku diam tak bicara apapun, karena mau berbohongpun percuma saja Andi sudah tahu semuanya tentang diriku, masalahku dan kesedihanku yang aku rasakan hingga saat ini. Andi memang orangnya peduli dengan sesama, dan aku senang jika berteman dengannya. Tidak hanya itu dia juga orangnya baik sering traktir aku makan, makanya banyak orang yang mau berteman dengannya. Bisa dibilang aku termasuk orang beruntung bisa berteman dan kenal dengan Andi.

 

“Kabut Aku tahu masalahmu dari statusmu itu. Sudahlah sob, wanita itu masih banyak ngapain juga kamu memikirkan dia. Dia juga belum tentu memikirkanmu”. Ujar Andi.

“iya makasih andi atas nasihatmu” ujarku.

“oke, sama-sama. Oh iya daripada kamu sedih terus mending ikut aku aja yuk jalan-jalan ke Tebing Cupang di Gempol Cirebon. Kamu mau kan?” pinta Andi padaku.

“iya-iya aku mau kok” jawabku.

 

Aku dan andi kemudian pergi meninggalkan kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon menuju ke Bukit Cupang yang berada di Desa Cupang kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon dengan mengendarai kendaraan roda dua yang tak berujung. Bukit ini sering digunakan untuk kegiatan panjat tebing oleh komunitas-komunitas tertentu, seperti Komunitas Pencinta Alam, Penggiat Alam, pelestari alam, pemerhati alam, pendaki, dan Mahasiswa Pencinta Alam. Biasanya hari-hari tertentu ditempat ini kadang ramai dan banyak didatangi oleh pengunjung seperti hari cuti bersama, hari libur nasional, dan hari minggu. Biasanya yang datang kesini ingin panjat tebing, Camp bersama, atau hanya sekadar foto-foto yang kebanyakan dilakukan oleh anak muda.

 

“Akhirnya sampai juga di Tebing Cupang, bagaimana dengan perasaanmu apakah masih sedih bro?” tanya Andi.

“Ouh sedikit mah masih, tampaknya kamu begitu peduli padaku kawan. Makasih banyak atas semuanya” kataku.

 

Andi masih saja peduli dengan aku, meskipun dia tak mendapat apa-apa dariku. Nasihat demi nasihat dan saran yang dia katakan menamparku dari kesedihan yang berlarut-larut tiada obatnya. Perkataannya itu membuat aku semakin mengerti tentang arti pertemanan. Sahabat yang baik adalah orang yang kita percayai dan membuat kita tenang bersamanya. Dia menjadi tempat berbagi kesedihan dan tidak datang ketika ada maunya.

 

“Aku memang berbeda dengan Andi, dan Andi juga bukan diriku. Tapi dia tidak membeda-bedakan aku. Kepeduliannya membuat hatiku menjadi bahagia. Dia juga tak malu berteman denganku. Hal itu yang membuat rasa minderku sebagai temannya minta izin pergi dari persahabatan Kami” bisik dalam hati kecilku.

 

“Hey Kabut, kamu kok ngelamun. Apa masih sedih?” tanya Andi Padaku.

“Ih enggak bray, saya sekarang sudah bahagia. Iya bahagia karena memiliki teman baik sepertimu. Menurutku pacar itu belum tentu mau diajak susah, tapi sahabat sejati dia akan selalu ada disaat sedih ataupun bahagia” kataku sambil tersenyum bahagia.

“Sudah pasti bray, enak ga enak pasti loe tuh balik ke temen. Makanya kalau udah punya pacar temen jangan dilupakan”. Jawab Andi

 

Andi memang orang yang hebat menurutku, iya mungkin karena dia lebih senior jika dibandingkan denganku. Aku masih duduk di semester 2 dan Andi sudah semester 4. Ini tentu saja pengalamannya sudah lebih banyak. Tapi pertemanan aku dan Andi tidak dibedakan dengan semester karena  menurutku Pertemanan itu seperti Kabut pukul 5 saat Senja. Kabut  tak bisa dipegang tapi memang ada, saat malam tiba senja itu pergi tapi dia akan datang kembali keesokan harinya. Itu artinya sahabat boleh pergi sejauh mungkin tapi dia akan menghampiri dan tidak pernah melupakan siapa temannya itu.

 

-------------------------------------------- TAMAT ---------------------------------------------