Malam ini rasa sakit itu
masih saja terasa dalam hatiku yang paling dalam. Jika aku masih
mengingat-ingat pesan singkat yang seseorang kirimkan ke Inbox Facebookku. Dia
lebih memilih untuk pergi meninggalkan aku tanpa penjelasan. Karena itu
terkadang aku masih bingung dan masih bertanya-tanya kenapa dia bisa sampai
seperti itu. Mungkin aku belum bisa melupakan dia sepenuhnya. Langit tampak tak
berbintang aku merasakan semilir angin datang berhembus pelan menyentuh
kulitku, merasuk tubuhku. Sejenak aku memandang langit mungkin akan turun hujan
malam ini. Ketika itu, suara dering HP menyadarkan lamunanku. “trriiiiinnggg”
dering Handphone. Ternyata ada WhatsApp dari temenku yang berisi ajakan untuk
berlibur. Aku hiraukan ajakannya, tanpa membalas Chatt dari dia. Berkali-kali
dia Chatt saya, namun tetap saja aku hiraukan. Sampai-sampai aku memutuskan
untuk memilih mematikan Handphoneku lalu beranjak untuk menarik selimut dan
menutup bola mataku.
“kukuruyuukk-kukuruyuukk”
suara kokok ayam jantan menyadarkan aku dari alam mimpi dengan suara
berisiknya. Sepertinya ini sudah pagi, ku lihat ke jendela matahari sudah
datang menyambut hariku ini yang penuh dengan kesedihan. Ku ambil Hapeku
kemudian menghidupkannya.
“ah ternyata ada pesan,
oh Andi” gumam dalam hatiku.
Ini pesan dari Andi yang
dikirim sejak tadi malam waktu aku tidur, tapi kenapa dia mengirim
pesan WA sampai berkali-kali. Apa mungkin dia sekarang sudah ada di Cirebon,
lantas mau apa dia datang kesini.
“Kabut, ayo aku sudah
menunggumu di Universitas Muhammadiyah
Cirebon. Aku mau mengajakmu liburan bareng. Kamu mau ngikut gak?” pesan suara
WhatsApp dari Andi.
Tanpa pikir panjang aku
bergegas mandi dan ganti baju serta memaksakan sepeda motorku untuk pergi ke
kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon. Andi merupakan temanku dari Surabaya,
dia masih duduk dibangku kuliah dari Fakultas Teknik Semester 4 di Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Kebiasaan dia memanggil aku dengan sebutan Kabut,
padahal nama lengkapku adalah Hesda Pranoto. Mungkin karena aku suka merokok
rokok kretek disaat udara dingin lalu jika keluar asap hampir mirip kabut.
Sebab itulah dia selalu memanggilku Kabut. Tapi aku tak
mempermasalahkannya yang terpenting adalah dia tetap menjadi teman baikku
hingga saat ini. Karena menurutku teman adalah seseorang yang bisa membuatku
tersenyum disaat sedih dan bukan dia yang pergi menghilang disaat kamu susah.
‘’hay bro sudah lama
disini. Maaf yah membuatmu menunggu” kataku.
“aduuh santai aja sih
bro, lagipula ini kan libur kuliah. Oh iya tadi malam saya WA kamu padahal
sudah di Read lalu kenapa nggak dibalas” ujar Andi (sambil memandangi saya).
“anu bro aku ketiduran,
hhmmmmm ma… ma… maaaff yah” jawabku (sambil menundukkan kepala
“alah Kabut bohong
banget kamu yah. Sepertinya kamu ada masalah, apa kamu belum makan. Atau mau
rokok nih biar enak seloww” kata Andi.
“iya bener, lah kamu kok
tahu. Emang siapa yang memberitahumu?” ujarku.
“iya saya tahu dari
mukamu yang tidak seperti biasanya, biasanya anak muda kalau mukanya muram iya ada
masalah. Apa jangan-jangan karena wanita?” kata andi.
Sejenak aku diam tak
bicara apapun, karena mau berbohongpun percuma saja Andi sudah tahu semuanya
tentang diriku, masalahku dan kesedihanku yang aku rasakan hingga saat ini.
Andi memang orangnya peduli dengan sesama, dan aku senang jika berteman
dengannya. Tidak hanya itu dia juga orangnya baik sering traktir aku makan,
makanya banyak orang yang mau berteman dengannya. Bisa dibilang aku termasuk
orang beruntung bisa berteman dan kenal dengan Andi.
“Kabut Aku tahu
masalahmu dari statusmu itu. Sudahlah sob, wanita itu masih banyak ngapain juga
kamu memikirkan dia. Dia juga belum tentu memikirkanmu”. Ujar Andi.
“iya makasih andi atas
nasihatmu” ujarku.
“oke, sama-sama. Oh iya
daripada kamu sedih terus mending ikut aku aja yuk jalan-jalan ke Tebing Cupang
di Gempol Cirebon. Kamu mau kan?” pinta Andi padaku.
“iya-iya aku mau kok”
jawabku.
Aku dan andi kemudian
pergi meninggalkan kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon menuju ke Bukit
Cupang yang berada di Desa Cupang kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon dengan
mengendarai kendaraan roda dua yang tak berujung. Bukit ini sering digunakan
untuk kegiatan panjat tebing oleh komunitas-komunitas tertentu, seperti Komunitas
Pencinta Alam, Penggiat Alam, pelestari alam, pemerhati alam, pendaki, dan
Mahasiswa Pencinta Alam. Biasanya hari-hari tertentu ditempat ini kadang ramai
dan banyak didatangi oleh pengunjung seperti hari cuti bersama, hari libur
nasional, dan hari minggu. Biasanya yang datang kesini ingin panjat tebing,
Camp bersama, atau hanya sekadar foto-foto yang kebanyakan dilakukan oleh anak
muda.
“Akhirnya sampai juga di
Tebing Cupang, bagaimana dengan perasaanmu apakah masih sedih bro?” tanya Andi.
“Ouh sedikit mah masih,
tampaknya kamu begitu peduli padaku kawan. Makasih banyak atas semuanya”
kataku.
Andi masih saja peduli
dengan aku, meskipun dia tak mendapat apa-apa dariku. Nasihat demi nasihat dan
saran yang dia katakan menamparku dari kesedihan yang berlarut-larut tiada
obatnya. Perkataannya itu membuat aku semakin mengerti tentang arti pertemanan.
Sahabat yang baik adalah orang yang kita percayai dan membuat kita tenang
bersamanya. Dia menjadi tempat berbagi kesedihan dan tidak datang ketika ada maunya.
“Aku memang berbeda
dengan Andi, dan Andi juga bukan diriku. Tapi dia tidak membeda-bedakan aku.
Kepeduliannya membuat hatiku menjadi bahagia. Dia juga tak malu berteman
denganku. Hal itu yang membuat rasa minderku sebagai temannya minta izin pergi
dari persahabatan Kami” bisik dalam hati kecilku.
“Hey Kabut, kamu kok
ngelamun. Apa masih sedih?” tanya Andi Padaku.
“Ih enggak bray, saya
sekarang sudah bahagia. Iya bahagia karena memiliki teman baik sepertimu.
Menurutku pacar itu belum tentu mau diajak susah, tapi sahabat sejati dia akan
selalu ada disaat sedih ataupun bahagia” kataku sambil tersenyum bahagia.
“Sudah pasti bray, enak
ga enak pasti loe tuh balik ke temen. Makanya kalau udah punya pacar temen
jangan dilupakan”. Jawab Andi
Andi memang orang yang
hebat menurutku, iya mungkin karena dia lebih senior jika dibandingkan
denganku. Aku masih duduk di semester 2 dan Andi sudah semester 4. Ini tentu
saja pengalamannya sudah lebih banyak. Tapi pertemanan aku dan Andi tidak
dibedakan dengan semester karena menurutku Pertemanan itu
seperti Kabut pukul 5 saat Senja. Kabut tak
bisa dipegang tapi memang ada, saat malam tiba senja itu pergi tapi dia akan
datang kembali keesokan harinya. Itu artinya sahabat boleh pergi sejauh mungkin
tapi dia akan menghampiri dan tidak pernah melupakan siapa temannya itu.
--------------------------------------------
TAMAT ---------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar