Laporan
Penelitian Biologi
‘’invertebrata Annelida (cacing tanah)’’.
(Simbol Sekolah kalian)
Karya
tulis ini di tujukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Biologi
dalam
rangka penelitian hewan invertebrata.
Di
susun oleh :
Dicky
Anwar
Kelas : X – IIS 4
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
Dinas Pendidikan
SMA
NEGERI 1 (NAMA SEKOLAH KALIAN)
Jalan Yudhistira No. 30 Desa Karangasem Kecamatan (nama sekolah
kalian) kabupaten Cirebon
Tahun
ajaran 2013 / 2014
Penelitian
Siswa SMA
NEGERI 1 (NAMA SEKOLAH KALIAN)
i.
Tujuan
a. Mengamati morfologi dari spesies
yang termasuk dalam filum Annelida (cacing tanah).
b. Untuk menyusun
klasifikasinya.
c. Untuk mengamati anatomi cacing tanah.
d. Untuk mengetahui tingkah laku cacing tanah dan apakah ada kaitannya dengan
kesuburan tanah.
ii.
Alat dan bahan
1.
Alat
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop,lup, alat bedah, papan seksi.
2.
Bahan
Adapun bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah spesimen cacing tanah (Lumbricus
terrestris).
iii.
Cara kerja
1. Mengamati seekor cacing hidup, meletakkan di atas kertas, dan mengamati
cara bergeraknya. Pada waktu cacing bergerak terdengar bunyi pada kertas, yang
menunjukkan adanya setae (secara kasat mata tidak terlihat) kalau dibiarkan
bergerak ke atas tangan kita maka kita dapat merasakan setae tersebut.
2.
Mengamati
segmen-segmen. Paling depan disebut prostimium
diikuti oleh segmen-segmen berikutnya, pada segmen ke-14, 15 dan 16 membentuk
kitelium. Tiap segmen pheretima (kecuali prostimium) mempunyai beberapa setae.
3.
Untuk pengamatan
morfologi/anatomi terlebih dahulu memasukkan cacing ke dalam larutan alcohol
20%, setelah mati memasukkan ke dalam larutan formal-alkohol dengan komposisi;
alcohol 70% 97 ml, formaldehida 40% 5 ml, dan borax 0,5 gr.
4.
Melakukan penyayatan secara melintang
dan melakukan pengamatan dengan mikroskop stereo atau mikroskop biasa dengan
perbesaran terkecil.
5.
Menggambar dan
mendeskripsikan serta klasifikasinya.
iv.
Landasan teori
1.
Anatomi
Dinding tubuh cacing
mempunyai 2 lapis otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing terletak
di dalam rongga oris. Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system
sirkulasi cacing tanah, dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu
plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula. System ekskresi cacing tanah berupa
nephridia. Pada setiap segmen tubuh terdapat sepasang, system saraf cacing
tanah, terletak di sebelah dorsal pharynx di salam segmen yang ke-3 dan terdiri
ganglion ceberal, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan commisura,
berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah tidak mempunyai
mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang
peka terhadap sinar.
2.
Morfologi
Cacing tanah memiliki
bentuk tubuh panjang silindris, dengan kiraan 2/3 bagian posteriornya. Tubuh
bersegmen-segmen, warna tubuh, permukaan atas berwarna merah sampai biru
kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah
lebih pucat. Mulut terdapat di ujung anterior, mulut cacing tanah terletak di
dalam rongga oris. System ekskrasi cacing tanah berupa nephridios pada setiap
segmen terdapat sepasang.
3.
Klasifikasi
Menurut Neal D. Buffaloe dalam buku Animal
and Plant Diversity maka sistematika cacing tanah dapat ditulis sebagai berikut
:
Kingdom : Animalia
Filum
: Annelida
Ordo
: Haplotaxida
Famili :
Lumbricidae
Class
: Trematoda
Genus : Lumbricus
Spesies :
Lumbricus terresteris
Cacing
tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen
dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem
ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling
berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam
pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri
dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal). Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap,
terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus,
dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim - enzim yang dikeluarkan oleh
getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa daun-daunan
serta sampah organik yang sudah lapuk.
Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik
tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa
pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus. Cacing tanah mempunyai alat
peredaran darah yang terdiri atas pembuluh darah punggung, pembuluh darah perut
dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta berfungsi sebagai jantung.
Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung
hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esopagus
berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem
saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi
yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia (tunggal –
nefridium) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom
merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka pori permukaan tubuh
tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya
4.
Tingkah laku
a. Cara bereproduksi Cacing tanah.
Cacing tanah bersifat hermaprodit. Sepasang
ovarium menghasilkan ovum, dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua oviduktnya
juga terletak di dalam segmen ke-13 dan infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi
melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam
segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam suatu
rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis.
Ductus spermaticus mulai dari testis
bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior sampai segmen ke-15, dan pada
segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.
Spermatozoa yang telah
meninggalkan testis, akan masuk ke dalam vesicular seminalis dan selanjutnya
tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak
terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-segmen 9 dan 10; 10 dan 11, terdapat
receptaculum seminalis, yang merupakan tempat penampung spermatozoa dari cacing
lain.
b. Perilaku Cacing Tanah
Sehari-hari Pada Habitatnya
Cacing ini hidup didalam liang
tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya
yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH
6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat
berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC.
Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem
pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan. Oleh
karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan
bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya menyebabkan
cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang
membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein.
Namun bila makanan terlalu
asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan
makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah
kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal
diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2.
Pengaruh kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh
cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media
pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh
cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan
kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan.
Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan
tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang
berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih
cocok.
Kelembaban sangat diperlukan
untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu
kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera
masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan
mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah
segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal
ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya
melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
cacing tanah adalah antara 15% sampai 30%.
Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun
terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis seperti pernafasan,
pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon
sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan
pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu
yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari
25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang
optimal.
Penelitian tentang prilaku cacing tanah ini dilakukan pada habitat aslinya
yaitu pada suatu kebun di Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan
Pekutatan Kabupaten Jembrana. Kebun tempat dilakukan penelitian merupakan kebun
yang ditanami beranekaragam tanaman, seperti kakao, pisang, kopi, cabai kelapa
dan cengkeh. Cacing tanah biasanya dijumpai ditanah sekitar tumpukan
kulit-kulit kakao yang mulai membusuk atau pada busukan batang pisang. Proses
pengamatan dilakukan pada libur Galungan-Kuningan pada pertengahan bulan Maret
2009. Waktu pengamatan kira-kira selama 2 minggu. Untuk memperjelas pengamatan,
peneliti juga memelihara beberapa ekor cacing tanah pada kotak kaca yang diisi
dengan tanah dengan dicampur kulit kakao yang membusuk.
Berdasrkan pengamatan peneliti cacing
tanah keluar permukaan hanya pada saat-saat tertentu. Pada siang hari, cacing
tanah tidak pernah keluar kepermukaan tanah, kecuali jika saat itu terjadi
hujan yang cukup menggenangi liangnya. Cacing tanah takut keluar pada siang
hari karena tidak kuat terpapar panas matahari terlalu lama. Pemanasan yang
terlalu lama menyebabkan banyak cairan tubuhnya yang akan menguap. Cairan tubuh
cacing tanah penting untuk menjaga tekanan osmotik koloidal tubuh dan bahan
membuat lendir. Lendir yang melapisi permukaan tubuh salah satunya berfungsi
memudahkan proses difusi udara melalui permukaan kulit.
Cacing tanah akan keluar terutama pada
pagi hari sesudah hujan. Hal ini dilakukan karena sesaat setelah hujan,
biasanya liang mereka terendam air sehingga aerasi dalam liang tidak bagus
sehingga mereka keluar dalam rangka menghindari keadaan kesulitan bernafas
dalam liang. Cacing tanah juga tidak kuat bila terendam air terlalu lama
sehingga cendrung menghindar dari genangan air yang dalam. Dalam keadaan normal
mereka akan pergi kepermukaan tanah pada malam hari.
Pada malam suhu udara tidak panas dan
kelembaban udara tinggi sehingga cacing tanah bisa bebas keluar untuk
beraktivitas. Dalam keadaan terlalu dingin atau sangat kering cacing tanah
segera masuk kedalam liang, beberapa cacing sering terdapat meligkar
bersama-sama dengan diatasnya terdapat lapisan tanah yang bercampur dengan
lendir. Lendir dalam hal ini berfungsi sebagai isolator yang mempertahankan
suhu tubuh cacing tanah agar tidak terlalu jauh terpengaruh oleh suhu
lingkungan. Posisi melingkar dalam liang memperkecil kontak kulit dengan udara
sehingga memperkecil pengaruh dari suhu udara luar.
c. Prilaku Makan Cacing Tanah
Sistem pencernaan cacing tanah sangat
adaptif dengan aktivitas makan dan menggali pori-pori tanah. Makanan utama
cacing tanah adalah bahan organik. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari
serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati.
Cacing tanah menyukai bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh
tubuhnya. Namun cacing tanah tidak menyukai serasah daun yang mengandung tanin
atau minyak seperti daun cengkeh, pinus dan jeruk. Tanin bersifat toksik bagi
cacing tanah. Hal ini terlihat dari pengamatan peneliti bahwa tanah di bawah
tumpukan serasah daun cengkeh sama sekali tidak dijumpai adanya cacing tanah.
bahkan peneliti juga mencoba menggali tanah samapi 30 cm namun cacing tanah
tetap tidak berhasil dijumpai.
Makanan cacing tanah diambil melalui
struktur organ yang disebut prostomium (setara bibir pada manusia), lalu
dimasukkan kedalam mulut, kemudian kedalam faring, ke esophagus lalu ketembolok
(pro pentriculus). Disini makanan disimpan untuk sementara kemudian masuk
kedalam lambung otot. Didalam lambung otot makanan dihancurkan oleh gerakan
otot lambung. cacing tanah makan pasir atau benda lainnya dengan tujuan
membantu menghancurkan makanan dalam lambung.
Makanan yag telah halus masuk kedalam
usus halus (intestinum). Didalam usus halus makanan dipecahkan dari bentuk
kompleks menjadi bentuk sederhana sehingga dapat dipakai oleh tubuh. Aktivitas
penghancur makanan menjadi zat makanan sederhana tadi dilakukan oleh
enzim-enzim tertentu, aktivitas bakteri dan protozoa yang masuk bersama-sama
makanan. Zat makanan kemudian diabsorbsi oleh dinding usus halus masuk kedalam
pembuluh darah dan strusnya diedarkan keseluruh tubuh. Sisa-sisa makanan yang
tidak dicerna keluar bersama-sama kotoran lainnya dalam bentuk kotoran cacing
tanah atau casting.
Proses pencernaan cacing tanah sangat
terkait dengan siklus nutrisi atau zat organik dalam tanah. Cacing tanah
berfungsi menyebarkan kembali zat-zat organik dalam tanah dengan cara
mengonsumsi, memecahnya, dan mengeluarkannya kembali. Kebanyakan materi yang
dicerna cacing tanah tidak dapat dipecahkan, dan sebagian besar dikeluarkan
kembali tanpa dicerna. Kotoran cacing yang banyak mengandung nitrogen. Beberapa
mikroorganisme dari saluran pencernaan cacing keluar bersama kotoran cacing
untuk meningkatkan proses penguraian di dalam tanah.
Selanjutnya, mikroba akan mengubah
kotoran cacing tanah menjadi humus yang kaya zat hara yang bisa diserap akar
tanaman. Bakteri tanah dan mikroorganisme tanah berperanan dalam mencerna
makanan cacing, dan memperoleh keuntungan dari kotoran cacing. Aktivitas cacing
tanah ini secara konstan dapat meningkatkan pH pada tanah asam. Ini karena,
cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) atau
dolomit pada lapisan di bawah permukaan tanah. Cacing juga dapat menurunkan pH
pada tanah yang berkadar garam tinggi.
d. Pergerakan Cacing Tanah
Tubuh
cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ
sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan
lingkungan hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan
tangan, otot badannya yang memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang melingkar
tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk pergerakan. Kontraksi otot
longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan memendek.
Sedangkan
kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang dan
mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak
kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian,
cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar
dan memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong
suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih berat dari tubuhnya sendiri, tetapi
bila tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan setelah itu
bersama-sama kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus.
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu
pergerakan yang disebut seta, fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih
kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing tanah ditarik dari lubangnya,
tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu
lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada epidermisnya.
Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya
lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting
tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang
didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam lubang.
e. Perilaku Kawin Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki alat kelamin jantan
dan betina pada satu tubuh (hermaprodite). Tetapi cacing tanah tidak dapat
membuahi dirinya sendiri. Dari perkawinan masing-masing cacing tanah akan
menghasilkan kokon yang berisi telur-telur. Pada waktu mengadakan perkawinan,
kedua cacing tanah saling melekat dibagian anterior, dengan posisi saling
berlawanan. Keadaan saling melekat ini diperkuat oleh seta. Dalam posisi
demikian klitelum masing-msing cacing akan mengeluarkan lendir.
Guna lendir tersebut terutama untuk
melindungi spermatozoa yang keluar dari lubang alat kelamin jantan masing-masing.
Kedua cacing ini berperan sebagai hewan jantan (keduanya mengeluarkan
spermatozoa). Spermatozoa yang keluar kemudian bergerak ke posterior dan masuk
kedalam lubang kantong penerimaan sperma (reseptakulum seminalis). Cacing tanah
I dan cacing tanah II masing-masing saling menerima spermatozoa setelah itu
mereka akan berpisah.
Proses berikutnya adalah mula-mula
klitelum membentuk selubung kokon, yang bergerak ke arah mulut dan bertemu
dengan saluran telur. Telur-telur kemudian keluar dari lubang tersebut dan
masuk kedalam kokon. Selubung kokon selanjutnya bergerak kearah mulut. Pada
saat melewati lubang penerima sperma, maka sperma ini akan masuk kedalam
selubung kokon sehingga terjadi peristiwa pembuahan. Telur yang telah dibuahi
dalam selubung kokon terus bergerak kearah mulut, sampai akhirnya selubung
kokon itu lepas dari tubuh induknya dan membentuk kokon.
Kokon berbentuk lonjong dan besarnya
kira-kira 1/3 kali besarnya batang korek api. Kokon diletakkan ditempat yang
lembab dan akan menetas dalam waktu 14-21 hari. Setiap kokon akan menghasilkan
cacing sebanyak 2-20 ekor, rata-rata secara umum adalah 4 ekor. Diperkirakan
100 ekor cacing dewasa dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun.
Cacing mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan, setiap cacing dewasa dapat
menghasilkan satu kokon setiap 7-10 hari.
f. Prilaku Membuang Kotoran Cacing Tanah
Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah
mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan
zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di
dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya
di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. Sistem
ekskresi Filum Anelida pada umumnya berupa tersusun dari organ nefridium yang
sering juga disebut metanefridium. Cacing tanah merupakan salah satu
anggota Filum Anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang
metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Metanefridium
memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di
bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan
bermuara di rongga tubuh (pseudoselom).
Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem
pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku
pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan
membesar seperti gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar
tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut
nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh
gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang
nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan
diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus
sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air
tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Sehingga secara singkat
dapat dikatakan bahwa metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan
sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.
g. Prilaku Melindungi Diri Dari Predator/Pemangsa
Cacing tanah tidak memiliki alat
pertahanan tubuh yang khusus. Mekanisme pertahanan dilakukan dengan
mengeluarkan lendir di permukaan tubuhnya. Sekresi lendir ini mengakibatkan
permukaan kulit cacing tanah menjadi licin sehingga memudahkan pergerakan dan
menyulitkan mangsa memegangnya. Namun yang lebih penting adalah cacing tanah
adalah insting hewan ini yang cendrung bersifat menghindari pemangsa.
Habitatnya yang berada dalam tanah memungkinkan cacing tanah aman dari
predator. Selain itu cacing tanah aktif pada malam hari sehingga hanya sedikit
predator yang dijumpai di malam hari.
Beberapa pemangsa atau predator yang
pengamat amati berpotensi memangsa cacing tanah adalah semut, kumbang, burung,
kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah,
kutu. Selain menghadapi bahaya dari pemangsa, cacing tanah juga berkompetisi
dengan semut merah dalam hal memperebutkan senyawa karbohidrat dan lemak dari
sisa-sisa bahan organik yang ada di tanah. Semut merah memakan pakan cacing
tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini bersifat
esensial dan diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah.
h. Kemampuan cacing tanah
dalan bertahan hidup
bahwa cacing itu punya insting untuk
membaca pertanda alam seperti hujan. Jadi, kalo hujan tidak deras dan turunnya
cuma sebentar, maka mereka akan menetap didalam tanah saja. Dan bila hujan
turun dengan lebat dan cukup lama, maka mereka akan keluar dari markasnya.
Logikanya adalah bahwa mereka keluar disaat hujan lebat karna takut tenggelam
didalam air hujan yang terlalu banyak diserap tanah yang kebanyakan menyebabkan
para cacing tanah mengalami kematian, kemudian lubang-lubang tempat tinggal
mereka terisi penuh oleh air, kepaksa pindah ke tempat yang tanahnya tidak
mengandung air hujan untuk sementara waktu.
Perilaku cacing ini juga hampir sama
persis berkaitan tepatnya mungkin berpengaruh dengan perilaku ayam, dimana saat
hujan turun, mereka akan berteduh, mungkin di dekat kandang atau tempat
berteduh yang lain. sedang kalau hujannya itu tidak begitu lama, maka mereka memutuskan
untuk bertahan didalam tanah meskipun terdapat banyak air hujan.
i. Kemampuan cacing tanah dalam membuat lubang
Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai
arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung
cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur
dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga
dapat menigkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh
cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah.
Disamping
itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipatgandakan kemampuan tanah
menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki
dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur.
Kemelimpahan cacing tanah pada suatu
lahan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik, keasaman tanah, kelembaban
dan suhu atau temperatur. Cacing tanah akan berkembang dengan baik bila faktor
lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi sistem pertanian manusia
akhir-akhir ini yang tergantung penuh pada penggunaan bahan kimia telah
mengusik habitat cacing tanah. Keseimbangan lingkungan akan rusak dan berantakan
bila cacing tanah sampai mengalami kepunahan, apalagi bila itu akibat ulah
manusia.
v.
Hasil
pengamatan
No
|
Organ yang diamati
|
Cacing jantan
|
Cacing betina
|
1
|
Mulut
|
Ada
|
Ada
|
2
|
Alat reproduksi
|
Ada
|
Ada
|
3
|
Alat ekskresi
|
Ada
|
Ada
|
4
|
Kaki
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
5
|
Simetri tubuh
|
Radial
|
Radial
|
vi.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum ini adalah organisme yang termasuk dalam phylum Annelida adalah
cacing tanah, memiliki tubuh simetri bilateral, panjang dan bersegmen, memiliki
alat gerak berupa bulu-bulu kaku (setae), tubuh tertutup oleh kutikula, dinding
tubuh dan saluran pencernaanya dengan lapisan-lapisan otot sirkuler dan
longitudinal, sudah mempunyai rongga tubuh, saluran pencernaan lengkap,
respirasi dengan kulit atau dengan branchia dan organ ekskresi terdiri atas
sepasang nephiridia pada setiap segmen.
Dan sistem reproduksi cacing ovarium
menghasilkan ovum, dan terletak di dalam segmen ke-13. Oviduk tadi melalui
septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen ke-14
membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam suatu rongga yang
dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Spermatozoa yang telah
meninggalkan testis, akan masuk ke dalam vesicular seminalis dan selanjutnya
tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak
terjadi autofertilisasi. Diantara segmen-segmen 9, 10, dan, 11 terdapat
receptaculum seminalis, yang merupakan tempat penampung spermatozoa dari cacing
lain.
vii.Daftar pustaka
Hala,Yusminah. 2007. Daras
Biologi Umum II. Makassar : Alauddin Press.
Jutje S Lahay.2006. Zoologi
Invetebrata. Makassar : Universitas Negeri Makassar.
Suwignyo,Sugiarto.2005. Avetebrata
Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tim Dosen. 2011. Penuntun Praktikum
Zoologi Invetebrata. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar