Kamis, 13 Oktober 2016

Nyawa hampir melayang di tikungan Plangon, Sumber Cirebon



Kejadian ini terjadi pada tahun 2015 ketika saya masih duduk dibangku sekolah SMA. Saya sengaja membuat artikel ini untuk kenang-kenangan saya, karena saya begitu sangat bersyukur kepada Allah SWT dan karena Allah masih mengijinkan saya untuk hidup didunia ini. Dan apa yang saya ceritakan ini memang benar adanya tanpa direkayasa atau dibuat-buat untuk sensasi belaka, tetapi sebagai pelajaran agar apabila ada seseorang dari Cirebon atau dari luar Cirebon hendak melewati tikungan Plangon lebih berhati-hati dan hendaknya sebelum bepergian sebaiknya membaca doa terlebih dahulu. Oke langsung saja…
Perkenalkan nama saya Dicky Anwar dari desa Pesanggrahan kec. Plumbon Kab. Cirebon. Hari itu adalah hari minggu tapi entah kenapa saya coba mengingat tanggal dan bulannya saya lupa, tapi saya masih ingat bahwa kejadian ini tahun 2015.
Awal cerita sekitar pukul 07.30 WIB, teman saya yang bernama Rois Iskandar datang ke rumah saya membawa sepeda. Ku pikir dia akan mengajak ku pergi ke warnet, tapi lain lagi dia malah ingin mengajakku pergi ke Taman Sumber menemui pacarnya  si (M). kemudian tanpa berpikir terlalu lama kami berangkat menuju Taman Sumber. Perjalanan ke Taman Sumber kurang dari 1 jam karena memang cukup jauh, dan kami kesana hanya menaiki sepeda masing-masing. Singkat cerita sampai juga akhirnya saya dan teman saya ke Taman Sumber, tapi setelah tiba disana ternyata si (M) pacar Rois tak kunjung datang. Saya coba sarankan untuk SMS atau di Call. Tapi Handphone si (M) di SMS tak dibalas ditelpon malah tak diangkat. Karena rasa kasihan saya pada teman saya Rois akhirnya aku rela menunggu sekitaran 1 jam di pinggir jalan Taman Sumber sambil makan diwarung. Ku lihat kekecewaan di wajah temanku itu. Saya coba bertanya “Is kamu luh ngajak (M) ke taman sumber ini udah janjian belum?” kata saya. “iya sudah, pas malam aku sms-an malahan sama dia. Truus aku minta ketemuan di taman sumber, kata (M) bilangnya iya” jawab Rois.
Beberapa lama kemudian rasa jenuh meliputiku, ku bujuk saja temanku itu untuk pulang. Ternyata dia mengiyakannya. Tapi sebenarnya saya tahu kalau temanku itu sedang sedih+kecewa berat. Iyaalah… siapa yang enggak kecewa coba si doy ngajak ketemu eh malah, di bohongiin. Kasihan juga,,,hehehe :D
Akhirnya kami pulang, yeeeeyy ini dia akhirnya yang aku pengen. Selama diperjalanan pulang dia tampaknya masih sangat sedih+kecewa. “Dick, bagaimana kalau kita jalan-jalan kemana atau kemanalah yang penting kita senang-senang” kata Rois. “iya ayo aja, tapi kemana is?” jawabku. “bagaimana kalau kita ke gedung perundingan Linggarjati?” ujar Rois.  “Asli enggak, kamu tuh kan ini udah siang. Tapi kalau beneran mau iya enggak apa-apa. Kita kan anak pesilat coyy dari Sumber ke Linggarjati Cuma modal sepeda juga ga’ papa” kataku. “iya beneran” kata Rois. Kemudian, kami pergi ke warung dulu untuk beli Aqua untuk bekal jika kami kehausan diperjalanan.
Ketika, kami sudah sampai di Bumi Pancasila kami mencoba istirahat sejenak sambil minum Aqua yang sudah kami beli diwarung. Dan saat temanku membuka Handphone ternyata si (M) berkali-kali Nelpon dan SMS, sempat juga SMS yang masuk ku baca “Rois maafin aku, tadi aku nganter Ortu pergi. Sekarang saya sudah ada di Taman Sumber, kamu ada dimana. Maafin aku yang udah bwt kamu kecewa” itulah sepenggal SMS si (M) yang aku tahu dari Inboxnya Rois. Tapi kami sudah begitu kecewa dan mau bagaimanapun tetap akan melanjutkan ke gedung perundingan Linggarjati Kuningan.
Sampai juga akhirnya kami disana pukul 16.14 WIB ternyata memakan waktu berjam-jam untuk sampai di gedung perundingan Linggarjati Kuningan. Disana kami berfoto-foto dan menjelajah seisi kamar yang ada didalam gedung perundingan.
Akhirnya kami pulang, dan saat tiba di pertigaan pasar Mandirancan waktu sudah sangat Sore sekitar pukul 17.03 WIB. Aku berhenti dan berfikir, jika aku pulang lewat Sindang Jawa pasti Malam hari kami tiba di Rumah dan kalau kami lewat Plangon pasti lebih singkat. “Is kita lewat mana is, waktu udh sore. Kamu mau yang dket atau yg jauh. Klw jauh lewat Sindang Jawa tp klw dkt lewat Plangon”. Kataku. “iyh sdh klw bgtu lewat Plangon sajalah  yg dket”. Ujar Rois. “tp penuh risiko is kata org tikungan Plangon itu sering trjd kecelakaan” kataku. “tdk apa2 yg pnting hati2 dan kita jgn lupa untuk berdoa” kata Rois.
Keputusan kami akhirnya lewat Plangon, tak lupa juga sebelum pergi kami baca doa. Diperjalanan kami sangat senang karena serasa menaiki motor. Iya sepeda kami tanpa dikayuh kaki dari atas ketinggian meluncur dengan sangat cepat.
Tapi perasaan senang berubah ketika hatiku jadi deg-degan. Ada apa ini pikirku, hemmmmm tak apalah mungkin ini hal biasa ku pikir begitu. Sampailah kami didesa Sidawangi, hal aneh terjadi pada kami berdua. Ternyata sepeda kami Remnya mendadak blong. Padahal sebelumnya tak ada apa-apa dengan sepeda kami. “ada apa ini ternyata benar sepedaku remnya Blong” ucapku. Akhirnya aku terjungkal dijalan hampir saja aku menabrak pohon dan pembatas jalan tapi berkat kelihaianku aku meloncat Frog style (Gaya kodok) lompat ke belakang. Tapi sungguh malang tangan kananku terkena gesekan aspal jalanan dan sepedaku rusak parah. Tapi tak apalah yang penting aku tak masuk jurang. Seketika aku  tergeletak dipinggir jalan. Tapi anehnya semenjak aku tergeletak, sepertinya tak ada yang melihatku banyak pengendara yang lewat tapi mereka menghiraukanku dan seolah tak melihatku. Ada yang aneh, aku ditemui orang tua yang tak ku kenal dan mengajak aku berbicara “Cung iku bature ira dudu, ika tiba ning tikungan” kata orang tua itu. Orang itu tak menolongku hanya berkata saja lalu pergi. Aku yang sedang terkulai lemas mencoba bangkit dan melihat ternyata itu memang Rois, nampaknya dia juga sama denganku tapi kepala Rois Menabrak pembatas jalan hingga terjungkal sampai terlihat benjolan sebesar setengah dari Bola kasti dikeningnya. Aneh ternyata, kepala diadu dengan pembatas jalan otomatis berdarah atau pecah tapi ini tidak. Ia juga bercerita padaku bahwa giginya adanya patah akibat benturan amat keras di tikungan pembatas Jalan Plangon itu.
Setelah ku tanya ternyata benar juga sepeda Rois remnya tiba-tiba blong ini semua diluar nalar kami. Mendadak tikungan menjadi ramai, kami ditolong oleh orang-orang yang lewat dan dalam hitungan menit, polisi datang membantu kami. Dan kami diberi obat betadine di Polsek Sumber. Setelah kejadian ini kami tak lagi berani melewati tikungan Plangon itu. SEKIAN…

Semoga cerita ini menjadi pelajaran bagi kita semua, agar lebih berhati-hati ketika berkendara dan yang lebih utama adalah sebelum bepergian hendaknya berdoa. Dan yakinlah bahwa kematian itu sudah menjadi takdir. Kita bisa mati sekarang, besok, atau kapanpun dan pastinya kematian itu pasti datang…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar