Kamis, 16 Juni 2016

Makalah Kerajaan Pajang

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Masalah
     Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keraton, yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di perbatasan Kelurahan Pajang , Kota Solo dan Desa Makamhaji,Karatsura,Sukoharjo. Pada awalnya berdiri tahun 1549, wilayah kesultanan pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah. Karena negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak kematian Sultan Trenggono. Ditahun 1568 Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam Kesempatan iu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri - negeri Jawa Timur.
     Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama (pemimpin persekutuan adiapti Jawa Timur) dinikahkan dengan puteri Sultan Hadiwijaya. Negeri kuat lainnya yaitu Madura juga berhasil ditaklukkan Pajang. Pemimpin bernama Raden Pratanu alias Panembahan Lemah Dawur juga diambil sebagai menantu Sultan Hadiwijaya. Sedangkan tanah Mataram dan Pati adalah dua hadiah Sultan Hadiwijaya yang diberikan kepada Ki Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan yang membantu menumpas Arya Panangsang.
     Ki Penjawi diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549, sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini dilakukan karena Sultan Hadiwijaya mendengar ramalam Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir kerajaan yang lebih besar daripada Pajang. Ramalan tersebut menjadi kenyataan ketika Mataram dipimpin oleh Danang Sutawijaya putera Ki Ageng Pemanahan sejak tahun 1575. Di bawah pimpinannya Mataram berkembang dengan pesatnya.
     Tahun 1582 meletus perang Pajang dengan Mataram karena Danang Sutawijaya membela adik iparnya yaitu Tumenggung Mayang yang dihukum untuk dibuang ke Semarang oleh Sultan Hadiwijaya. Perang dimenangkan pihak Mataram meskipun pasukan Pajang jumlahnya lebih besar. Sepulang dari perang Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadilah persaingan antara putera dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Panggiri. Selanjutnya  Arya Panggiri sebagai raja didukung oleh Panembahan Kudus berhasil naik tahta tahun 1583. Pemerintahan Arya Panggiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram.
     Kehidupan rakyat Pajang terabaikan, hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Danang Sutawijaya untuk menyerbu Pajang. Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang pun berakhir dengan kekalahan Arya Panggiri. Ia dikembalikan kenegeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja di Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir pada tahun 1587. Tidak ada putera mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan negeri bawahan oleh Mataram. Yang menjadi Bupati adalah Pangeran Gagak Baning, adik Danang Sutawijaya

1.2     Identifikasi masalah
      Dari latar belakang masalah yang terpapar di atas bahwa Masalah melihat semua hal yang melatar belakangi tentang Kerajaan Pajang maka kami penulis menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada :
1. Kurangnya pengetahuan para siswa tentang tentang kerajaan Pajang dan di harapkan dengan adanya Makalah ini dapat di jadikan pedoman agar para siswa terutama siswa di SMA N 1 PLUMBON mengetahui sejarah kerajaan Pajang.
2. Tidak meratanya bahan ajar yang kiranya dapat di jadikan sebagai sarana dan media ilmu pengetahuan bagi para siswa di SMA N 1 PLUMBON.

1.3     Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun penulis menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.
Selanjutnya masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi. Pembatasan masalah ini mengandung konsep pemahaman sebagai berikut :
sejarah kerajaan Pajang.
                                                                                                                                         
1.4     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana berdirinya kerajaan pajang?
2.    Siapa saja raja yang memerintah kerajaan pajang?
3.    Pada masa raja siapakah kerajaan pajang mengalami masa keemasan?
4.    Bagaimana aspek sosial budaya, ekonomi dan politik pada masa itu?
1.5     Tujuan Penelitian
1.    Untuk memaparkan bagai mana asal-usul berdirinya kerajaan pajang.
2.    Untuk mendeskripsikan siapa saja yang pernah menjadi raja di kerajaan pajang.
3.    Untuk memaparkan pada masa raja siapa kerajaan pajang mengalami masa keemasan.
4.    Untuk memaparkan aspek sosial bucdaya, ekonomi dan politik pada masa itu.

1.6     Manfaat Penelitian
Makalah ini diharapkan bermanfaat, baik dari aspek teoritis maupun praktis. Secara teoritis tergambar dalam materi tulisan ini. Adapun secara praktis, tulisan ini diharapkan dapat berguna bagi individu, masyarakat, dan pemerintah. Semoga menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi tunas bangsa yang ingin mempelajarinya.





















BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1     Pembahasan Teori
A.    Berdirinya Kerajaan Pajang
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimxfCd5pl4lTZ3s7Ra1y6ZAMfJ4g480EdWn3AxZBuRvWK5BqCipW2TF2aLQAtwHciRB7L014z_Z699g4o7V7OgiZkPymbrUJTYJb1WKcsTN8A5DQRW1KW0H0OOXDj62XZ0eVUzPHaDHP2G/s1600/c-law-depan.JPG
    Kerajaan pajang adalah kerajaaan islam yang ada di Jawa, meskipun pemerintahannya tidak begitu lama tetapi kerajaan pajang  pernah berkuasa. Kerajaan pajang mestinya muncul sebelum runtuhnya kerajaan Majapahit. Karena Majapahit masih bebrkuasa maka kareajaan pajang belum begitu diperhatikan. Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa bagian Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan tetapi Majapahit masih berkuasa sampai kesana. Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam. Namun, sampai awal abad ke-16 kewibawaan raja Majapahit masih diakui.
    Setelah Majapahit mengalami kemunduran atau lebih tepatnya pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke 18 para penulis  kertasura menuliskan asal-usul kerajaan pajang. Kerajaan Pajang adalah kerajaan islam di Jawa yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Kerajaan pajang terletak di pengging yang dulunya dipimpin oleh Ki Ageng Pengging selaku Bupati. Yang kemudian dihukum mati oleh raja Demak karena dugaan ingin berontak terhadap kerajaan Demak. Setelah dewasa Jaka Tingkir mengabdikan diri ke Demak, karena kepandaiannya ia diangkat menjadi menantu oleh Sultan Trenggono.
     Setelah sultanTrenggono meninggal terjadi perebutan kekuasaan ataran pangeran Sekar Sedolepan dengan Sunan Prawoto. Setelaha sunan Prawoto menjadi raja beliau berhasil dibunuh oleh Arya Penangsang anak Pangeran Sekar Sedolepan tetapi Arya Penangsang berhasil dikalahkan oleh Jaka tingkir yang kemudian dinobatkan menjadi raja dengan nama Hadiwijaya dan beliau memindahkan semua daerah kekuasaan ke Pajang. Ada tiga raja yang pernah memimpin kerajaan pajang, raja pertama adalah Hadiwijaya pendiri kerajaan Pajang itu sendiri. Yang kedua adalah Arya Pangiri anak angkat sekaligus menantunya yang awalnya memimpin Demak. Yang ketiga adalah pangeran Benawa anak kandung Hadiwijaya yang kemudain merebut  kekuasaan dari tangan Arya Pangiri.
     Kerajaan Pajang dipuncak masa keemasan pada masa kepemimpinan Hadiwijaya, dimana beliau dapat membuat para Raja penting di Jawa timur mengakui kekuasaanya. Beliau berhasil memperluas daerahnya. Selain memperluas dearahnya Pajang mempunyai lumbung padi yang besar karena irigasinya berjalan lancar. Dalam aspek sosial budaya dan ekonomi Pajang mengalami kemajuan. Dibidang sosial Budaya, kebudayaan yang semula sudah berkembang di Demak dan Jepara menyebar kepedalaman begitupun dengan agama islam yang perlahan menyebar di pedalaman dan pesisir pantai utara dan masyarakat Pajang menjalankan syariat islam dengan sungguh-sungguh. Dalam aspek ekonomi pertanian maju dengan pesat, memiliki lumbung padi yang besar bahkan Pajang sudah melakukan eksport beras melalui perniagaan bengawan solo.
     Untuk aspek politik sendiri banyak sekali perselisihan karena perebutan kekuasaan, wali sanga yang dulunya berperan penting pada masa kerajaan Demak bahkan ikut menentukan keputusan politik kerajaan Demak tetapi pada masa kerajaan pajang wali sanga juga masih berperan tapi tidak begitu kental ditambah Sunan Kalijaga meminta kepada sunan kudus agar para wali tidak ikut campur karena sebagai orang tua dan penyebar agama tidak sepantasnya ikut berkelahi merebutkan kekuasaan. Banyak sekali pihak luar yang ikut campur dengan perselisihan perebutan kekuasaan. Pajang dulunya adalah daerah Pengging, Jaka Tingkir adalah anak dari Kebo Kenanga atau Ki Ageng Pengging yang menjadi bupati di pengging (Hendra 2012). Jadi sebenarnya Pajang dulunya adalah daerah pengging yang bupatinya adalah Ki Ageng Pengging. Ki Ageng pengging yang akhirnya dihukum mati oleh raja demak karena dianggap akan memberontak kerajaan Demak dan untuk menklukkan pengging maka dihukum matilah ki Ageng pengging.
    Jaka Tingkir yang dulunya menjadi seorang  tamtam di jerajaan Demak di bawah pemerintah Pangeran trenggana, karena keahlianya ia dijadikan meenanntu oleh Sultan Demak(Marwati Djoened Poesponegoro 2010:55). Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
     Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang (Aprilia Kirana, 2012). Jaka Tingkir menyuruh Ki Ageng Panjawi, Ki Ageng Pemanahan, Ngabei Loring Pasar, dan Juru Martani untuk menyerang Arya Penangsang.   Dengan kemenangan tersebut lalu berpindahlah kekuasaan Demak ke Pajang yang dipimpin oleh Jaka Tingkir atau Hadiwijaya (Hendra, 2012). Keberhasilan jaka tingkir mengalahkan Arya Penangsang membawa kemujuran dalam hidupnya. Setelah ia mengalahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjadi raja demak yang kemudian pusat pemerintahanya di pindahkan ke Pajang hingga akhirnya menjadi kerajaan  Pajang.

B.     Raja-Raja yang Pernah Memerintah Perajaan Pajang
    Kerajaan pajang pertama kali diperinta oleh Jaka tingkir pada tahun 1878 anak dari Ki Ageng Pengging. Jaka Tingkir mempunyai nama asli yaitu mas karebet itu dinobatkan menjadi raja setelah berhasil menglahkan Arya penangsang ia dinobatkan menjad raja dengan nama Hadiwijaya. Sultan Pajang meninggal dunia dan dimakamkan di Butuh, suatu daerah di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh menantunnya, Aria Pangiri, anak susuhan Prawoto tersebut di atas. Waktu itu, Aria Pangiri menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di keratin Pajang, Aria Pangiri dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang dibawanya dari Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa, dijadikan penguasa di Jipang (Aji Raksa, 2008). Disitu terlihat jelas telah terjadi perebutan kekuasaan antara Aria Pangiri sebagai menantu  dan pangeran benawa sebagai anak kandung.
    Semeninggalnya Hadi Wijaya Arya pengiri dinobbatkan menjadi raja yang kemudian bebrnama Ngawantipura pada tahun 1883. Pada masa pemerintahannya terjadi banyak kekecauan di kerajaan pajang hal itu terjadi karena adanya perlakuan yang berbeda antara rakyat pajang dengan demak. Beliau yang semula memerintah demak membuanya berlaku tidak adil terhadap rakyat pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabbat Pajang bahkan orang-orang pajang tersisih oleh kedatangan orang-orang Demak sehingga menyebabkan para penduduk Pajang menjadi perampok karena kehilangan matapencaharian dan sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdikan diri kepada Pangeran Benawan (Andy Candra, 2012). Selain itu ia juga tidak mempedulikan kesejahteraan rakyatnya melainkan hanya memikirkan bagai mana cara menaklukkan Mataram.
    Melihat semua perlakuan Arya Pengiri atau Ngawantipura Pangeran Benawa merasa tidak suka dan ingin kembali mrebut kekuasaan. Selain itu  karena tidak puas dengan nisabya di tengah-tengah lingkungan yang masih asing baginya, meminta bantuan kepada Senopati, penguasa Mataram, untuk mengusir raja Pajang yang baru itu. Pada tahun 1588, usahanya itu berhasil. Sebagai rasa terima kasih, Pangeran Benawa menyerahkan hak atas warisan ayahnya kepada Senopati (Aji Raksa 2008). Akan tetapi senopati Mtaram tidak menerima tawaran dari Pangeran Benawa dan tetap tinggal di Mataram hanya saja beliau meminta prajurit Pajang. Dengan begitu dinobtakanlah Pangeran Benawa sebagai raja pajang tetapi dibawah perlindungan Mataram.

C.      Masa Keemasan.           
    Masa keemasan kerajaan Pajang terjadi pada masa pemerintahan raja Hadiwijaya atau jaka tingkir raja pertamanya. Sultan Pajang mulai melakukan perluasan kekuasaan sehingga beberapa daerah sekitarnya antara lain Jipang dan Demak sendiri mengakui kekuasaan pajang. Demikian pula ia meluaskan pengaruhnya ke daerah pesisir utara seperti Jepara, Pati, bahkan kearah barat sampai ke Banyumas( Marwati Djoened Poesponegoro, 2010:55). Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kekusastraan dan kesenian yang sudah maju di Demak, dan Jepara lambat laun dikenal di pedalaman Jawa.
    Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir dan menjalar tersebar ke daerah pedalaman (Aji Raksa 2008). Pada masa pemerintahan Raja Hadiwijaya mulai banyak raja-raja kecil yang tunduk padanya selain itu ia juga memperluas daerahnya sampai madiun, aliran anak sungai solo myang besar, blora dan kediri. Pada tahun 1581, ia berhasil mendapatkan pengakkuan sebagai sultan islam dari Raja-Raja penting di Jawa Timur (Aji Raksa 2008). Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan pertemuan bersama di istana Sunan Prapen di Giri, hadir pada kesempatan itu para Bupati dari Jipang, Wirasaba (Majaagung), Kediri, Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, dan Pati. Pembicara yang mewakili tokokh-tokoh Jawa Timur adalah Panji Wirya Krama, Bupati Surabaya.
    Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui Adiwijaya sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan Lemah Duwur diangkat menantu Raja Pajang (Andy Candra, 2012). Dari itu semua dapat terlihat bahwa sudah ada hubungan baik antara kerajaan pajang dengan Raja-Raja di Jawa Timur dan itu berdampak baik pada kedua pihak.


D.    Aspek Sosial Budaya, Ekonomi dan Politik

1.     Aspek Sosial Budaya
     Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi  lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh (Andy Candra, 2012). Pada pemerintahanSultan Hadiwijaya dunia kesusastraan serta kesenian yang semula sudah berkembang di Demak dan Jepara perlahan-lahan mulai menyebar di pedalaman selaian kesusastraan yang menyebar pedalaman agama islam juga memberikan pengaruh yang kuat dipedalaman dan pesisir pantai.

2.    Aspek Ekonomi
    Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17 (Andy Candra, 2012). Kemajuan pertanian itu tidak terlepas karena pajang yang terletak di Datarann Rendah tempat bertemunya sungai pepe dan sungai dengkeng, kedua sungai tersebut berasal dari sumber mata air dari lereng gunung merapi dean bengawan solo sehingga irigasi berjalan lancar dan pertanianpun mengalami kemajuan yang pesat. Pada masa kejayaan Demak, pajang sudah melakukan eksport beras melalui perniagaan bengawan solo. Melihat lumbung padi yang begitu besar  Demak ingin menguasai pajang dan juga mataram kerana lumbung padinya untuk membentuk negara yang agraris maritim yang ideal.

3.    Aspek Politik
     pada masa Kerajaan Demak wali sanga berperan sangat penting karena mereka ikut memmbangun dan mendirikan kerajaan Demak tersebut bahkan mereka ikut menentukan kebijakan politik demak. Tetapi setelah masa kerajaan Pajang peran wali sanga masih dibutuhkan tetapi tidak terlalu kental. Dalam berita dikabarkan bahwa Sunan Kudus terlibat dalam pembunuhan Sunan Prawata yang yang dibunuh oleh Arya Panangsang. Setelah terjadi perselisihan antara Ayapenangsang dan Hadiwijaya Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon kepada Sunan Kudus agar para sepuh, Wali sebagai ulama dapat menempatkan diri sebagai orang tua. Tidak ikut campur dalam urusan “rumah tangga” anak-anak. Biarkanlah Arya Penangsang dan Hadiwijaya menyelesaikan persoalanya sendiri (Andy Candra, 2012). Mereka hanya mengamati semua yang terjadi dan mereka hanya berkata “sing becik ketitik sing olo ketoro”. Jadi disitu terlihat jelas bahwa mereka yang bersangkutan harus menyelesiakan permasalahan masing-masing tanpa campur aduk orang lain, karena pasti ada banyak pihak yang ingin melihat kehancuran dari mereka. Terjadi banyak perselisihan yang terjadi, dan perselisihan itu terjadi karena perebutan kekuasaan antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka hanya mementingkan keinginan mereka dan apa yang mereka lakukan semata-mata hanya kerana pemikiran mereka masing-masing. Mereka hanya gila akan kekuasaan yang ingin mereka dapatkan. Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru Sultan Hadiwijaya, mengundang Sultan untuk datang ke Kudus untuk mendinginkan suasana. Pada saat itu terjadi perang mulut antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan mereka saling menghunus keris. Konon Sunan Kudus berteriak: “Apa-apaan kalian! Penangsang cepat sarungkan senjatamu, dan masalahmu akan selesai!” Arya Penangsang patuh dan menyarungkan keris ‘Setan Kober’nya. Setelah pertemuan usai, konon Sunan Kudus menyayangkan Arya Penangsang, maksud Sunan Kudus adalah menyarungkan keris ke tubuh Sultan Hadiwijaya dan masalah akan selesai (Andy Candra, 2012).tetapi setelah itu Arya Penangsang dapatdikalahkan oleh Hadiwijaya dengan cara kuda gerak rimang yang tunggangi oleh Arya penangsang di pancing oleh bkuda betina Sutawijaya melewati bengawan sore setelah di luar bengawan sore kekuatan Arya Penangsang melemah dapat dibunuh. Atas jasanya Ki Penjawi diberi tanah di Pati dan Ki Gede Pemanahan diberi tanah di Mentaok, Mataram. Sutawijaya adalah putra Ki Gede Pemanahan dan merupakan putra angkat Sultan Hadiwijaya sebelum putra kandungnya,  Pangeran Benawa lahir. Sutawijaya konon dikawinkan dengan putri Sultan sehingga Sutawijaya yang akhirnya menjadi  Sultan Pertama Mataram yang bergelar Panembahan Senopati, anak keturunannya masih berdarah Raja Majapahit (Andy Candra, 2012).

2.2   Hipotesis Penelitian
     1. Ha : Hipotesis Kerja        …………… mempengaruhi ………………………………...
2. H0 : Hipotesis Nol            ………………. tidak mempengaruhi ……………………..















BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1   Jenis Penelitian
Kualitatif
3.2   Waktu Dan Lokasi Penelitian
Penelitian yang di lakukan untuk mendapatkan sumber informasi tentang sejarah kerajaan Banjar Kalimantan di lakukan dengan study pustaka, hingga penulisan akhir penelitian. Adapun untuk lokasi penelitian, penulis melakukan penelitian dari buku-buku sebagai sumber informasi untuk mendapatkan semua tentang sejarah kerajaan Banjar Kalimantan, dan sebagian penulis mencari buku - buku Sejarah di Perpustakaan sekitar sekolah SMA N 1 PLUMBON sebagai penyempurna isi dari makalah ini.

3.3   Metode Penelitian
Dari penelitian yang telah di lakukan Menggunakan metode Penelitian deskriptif, yaitu berdasarkan data yang ada, sedangkan alat pengumpul datanya  yaitu  artikel dari internet, dan sebagian dari buku-buku sejarah nasional.


3.4   Instrumen Penelitian
1.       Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan menggunakan berupa daftar ceklis (ü) tentang variabel yang diperlukan.
2.       Karakteristik Instrumen
Yaitu berupa sejumlah pernyataan yang terdapat di study kepustakaan dengan cara diceklis (ü), variabel yang dibutuhkan mencangkup : Alat tulis, Artikel, Buku sejarah.
Secara Visual Karakteristik instrumen Tersebut dapat Dilihat Pada tabel Berikut :
NO
Karakteristik
Ada
Tidak Ada
1
Alat Tulis

2
Artikel

3
Buku Sejarah


3.5   Sistematika Penelitian
Karya tulis ini berjudul kerajaan Banjar Kalimantan meliputi : Halaman Judul, Lembar Pengesahan, Kata Pengantar, dan Daftar isi. Pada bagian daftar isi terdapat Bagian isi Makalah yang terdiri dari :
Pada BAB 1 Pendahuluan meliputi : Latar Belakang Masalah, Identifikasi masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian.   Pada BAB 2 Kajian Pustaka meliputi : Pembahasan Teori, dan Hipotesis Penelitian. Pada BAB 3 Metodologi Penelitian meliputi : Jenis Penelitian, Waktu Dan Lokasi Penelitian, Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
Pada BAB 4 Penutup meliputi : Kesimpulan, dan Saran.
Pada bagian penunjang meliputi : Daftar pustaka.










BAB 4
PENUTUP
5.1   Kesimpulan
      Dari makalah ini dapat kami tarik kesimpulan bahwa : Kerajaan pajang ada di daerah Pengging yang dulunya diperintah oleh Ki Ageng Pengging selaku Bupati yang kemudian dihukum mati oleh raja Demak karena dianggap hendak membbrontak Demak. Setelah dewasa anak Ki Ageng Pengging yang bernama Jaka tingkir mengabdi ke Demak, karena kepandaiannya jaka tingkir diangkat menjadi menantu oleh raja Demak yang bernama Sultan Trenggono. Setelah Sultan Trenggono Demak mengalami kemunduran karena terjadi perebutan tahta antara saudara Sultan Trenggono yang benama Pangeran Sekar Sedolepan dengan anak Sultan Trenggono yang bernama Sunan Pranoto yang akhirnya kekuasaan jatuh pada Sunan Prawoto .
     Arya penangsang berhasil membunuh Sunan Prawawata dan kemudian Arya Penangsang dapat dikalahkan oleh Jaka tingkir. Setelah mengalahkan Arya penangsang Jaka Tingkir dinobatkan menjadi raja dengan nama Hadiwijaya, setelah ia menjadi Raja ia memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang. Terdapat tigaraja yang pernah memimpin kerajaan Pajang, yang pertama adalah Hadiwijaya pendiri Pajang itu sendiri. Setelah Hadiwijaya meninggal kembali terjadi perebutan kekuasaan ataran Arya Pangiri anak Sunan Prawata sekaligus menantu Hadiwijaya dengab Pangeran Benawa anak kandung hadiwijaya. Tetapi kekuasan jatuh pada Arya Pangiri.
     Pangeran Benawa kemudian berhasil menyerang Arya Pangiri dan merebut kekuasaan. Masa keemasan kerajaan Pajang berada pada masa Pemerintahan Hadi wijaya. Raja-raja penting di Jawa Timur mengakuai atas kekuasaan Pajang selain itu pajang juga berhasil memperluas daerah dan menarik kembali daerah yang pernah lepas. Pajangpun pernah memiliki lumbung padi yang besar. Dalam aspek sosial budaya telah menyebar ke pedalaman begitupun dengan agama islam, perlahan-lahan menyebar kepedalaman dan pesisir pantai utara. Tidak hanya pada aspek sosial budaya yang berkembang, tetapi aspek ekonomi  pajang mengalami kemajuan yang pesat bahkan memiliki lumbung padi yang sangat besar. Utuk aspek politik banyak sekali persaingan untuk saling merebut kekuasaan.

5.2   Saran
1. Perlu adanya tindakan-tindakan dari Guru, orang tua / Wali murid untuk mengawasi tindakan remaja di sekolah agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
2. Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang remaja agar remaja tidak melakukan kenakalan.
3. Penulis juga menyarankan kepada kepala sekolah dan guru-guru SMA Negeri 1 Plumbon untuk lebih tegas kepada siswanya yang melakukan kenakalan remaja. Diharapkan juga siswa untuk tidak melakukan kenakalan remaja dan melakukan kegiatan yang bermanfaat.












Bagian Penunjang
Daftar Pustaka
Hendra. 2012. Sejarah Kerajaan Pajang. Jakarta : Garuda emas semarang.

1 komentar: