Kamis, 16 Juni 2016

Perjuangan Kapitan Pattimura



2. Pattimura angkat senjata
Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan” mutiara dari timur “, yang senantiasa di buru oleh orang-orang barat. Namun kekuasaan orang-orang barat telah merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang telah lama berkembang di nusantara. Pada masa pemerintahan inggris di bawah raffles keadaan Maluku relatif lebih tenang karena Inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat maluku. Kegiatan kerja rodi mulai di kurangi. Bahkan para pemuda maluku juga diberi kesempatan untuk bekerja pada dinas angkatan perang Inggris. Tetapi pada masa pemerintahan kolonial hindia belanda, keadaan kembali berubah. Kegiatan monopoli di Maluku kembali di perketat. Dengan demikian beban rakyat semakin berat. Sebab selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan koki. Kalau ada penduduk yang melanggar akan ditindak tegas. Di tambah lagi terdengar desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan, para pemuda akan dikumpulkan akan di jadikan tentara di luar maluku,
                                                                                      ditambah dengan sikap arogan residen saparua. Hal ini sangat mengecewakan rakyat Maluku.
Sumber; jejak-jejak pahlawan: dari
Sultan agung hingga hamengkubuwono
IX 1992.
Gambar 2.14 Pattimura                                              

Menanggapi kondisi yang demikian para tokoh dan pemuda maluku melakukan serangkaian pertemuan rahasia. Sebagai contoh telah diadakan pertemukan rahasia di pulau Haruku, pulau yang dihuni orang-orang islam. Selanjutnya pada tanggal 14 mei 1817 di pulau saparua ( pulau yang di huni orang-orang kristen ) kembali di adakan pertemuan disebuah tempat yang sering disebut Hutan Kayu putih. Dalam berbagai pertemuan itu disimpulkan bahwa rakyat maluku tidak ingin terus menderita dibawah keserakahan dan kekejaman belanda. Oleh karena itu, perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan belanda. Residen saparua harus di bunuh. Sebagai pemimpin perlawanan dipercayakan kepada pemuda yang bernama thomas matulessy yang kemudian terkenal dengan gelarnya Patimura. Thomas matulesy pernah bekerja pada dinas angkatan perang inggris.

Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal belanda di pelabuhan. Para pejuang maluku kemudian menuju benteng duurtstede. Ternyata di benteng itu sudah berkumpul pasukan belanda. Dengan demikian terjadilah pertempuran antara para pejuang maluku melawan pasukan Belanda. Belanda waktu itu dipimpin oleh presiden  van den berg. Sementara dari pihak para pejuang kecuali Pattimura juga tampil tokoh-tokoh seperti Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwail, dan Lucas Latumahina. Para pejuang maluku dengan sekuat tenaga mengepung benteng duurstede,dan tidak begitu menghiraukan tembakan-tembakan meriam yang dimuntahkan oleh serdadu belanda dari dalam benteng. Sementara senjata para pejuang maluku masih sederhana seperti pedang dan keris. Dalam waktu yang hampir bersamaan para pejuang maluku satu persatu dapat memanjat dan masuk kedalam benteng. Residen dapat dibunuh dan benteng duurstede dapat dikuasai oleh para pejuang maluku. Jatuhnya benteng duurstede telah menambah semangat juang para pemuda maluku untuk terus berjuang dan melawan Belanda.
Belanda kemudian mendatangkan bantuan dari Ambon. Datanglah 300 prajurit yang dipimpin oleh
mayor beetjes. Pasukan ini dikawal oleh dua kapal perang yakni kapal Nassau dan kapal Evertsen. Namun bantuan ini dapat digagalkan oleh pasukan Pattimura, bahkan mayor Beetjes terbunuh. Kembali kemenangan ini semakin menggelorakan perjuangan para pejuang diberbagai tempat seperti di Seram, Hitu, Maluku,dan Larike. Selanjutnya pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang benteng zeenlandia dipulau Haruku. Melihat gelagat Pattimura itu maka pasukan belanda dibenteng ini dipekuat oleh komandannya groot. Patroli juga terus dirketat. Oleh karena itu, Pattimura gagal menembus benteng Zeelandia. Upaya perundingan mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari Batavia untuk merebut kembali benteng Duurstede. Agustus 1817 saparua diblokade, benteng duurstede dikepung yang disertai tembakan meriam yang bertubi-tubi.
Sumber; jejak-jejak pahlawan: dari
Sultan agung hingga hamengkubuwono
IX 1992.
Gambar 2.15 Christina Marta Tiahahu.

Satu-persatu perlawanan diluar benteng dapat dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan Belanda. Dalam kondisi yang demikian itu Pattimura memerintahkan pasukannya meloloskan diri dan meninggalkan tempat pertahanannya. Dengan demikian benteng Duurstede berhasil dikuasai Belanda kembali. Pattimura dan pengikutnya terus melawan dengan gerilya. Tetapi bulan November beberapa pembantu Pattimura tertangkap seperti Kapitten Paulus Tiahahu (ayah Christina Marta Tiahahu) yang kemudian dijatuhi hukuman mati. Mendengar peristiwa ini Christina Martha Tiahahu marah dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya.

Belanda belum puas sebelum dapat menangkap Pattimura. Bahkan belanda mengumumkan kepada siapa saja yang dapat menangkap pattimura akan diberi 1.000 gulden. Setalah enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap. Tepat pada tanggal 16 desember 1817 Pattimura dihukum gantung di alun-alun kota Ambon. Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya akhinya juga tertangkap. Ia tidak dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke jawa sebagai pekerja rodi. Di dalam kapal Christina Martha Tiahahu tidak mau makan dan buka mulut. Ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut antara pulau Buru dan pulau Tiga. Dengan itu berakhirlah perlawanan Pattimura.


                                                                                Kelompok 2:
                                                                1.Dicky anwar        2.Ajeng Maulidya        
                                                                3.Sri wahyuni         4.Engkus kusswara
                                                                5.Sri Ulfa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar